Makino san adalah salah seorang  murid  langsung dari Jigoro Kano, Judo Founder, pada perang dunia ke II  sebagai perwira tentara Jepang beliau di tugaskan di pulau Jawa, selama  ditugaskan di  pulau Jawa beliau banyak bergaul dan dapat diterima baik  dengan tokoh-tokoh beladiri Tapak Suci (saat itu Pendekar Besar KH  Busyro Syuhada sudah berpulang ke Rahmatullah) dan  tokoh-tokoh religius  di Kauman, Yoyakarta. Disini , di Kauman, berdasarkan referensi yang saya baca beliau sempat menurunkan ilmu  pedangnya kepada Perguruan Tapak Suci. Setelah Jepang dikalahkan oleh  sekutu dan  seluruh tentara Jepang menjadi tahanan sekutu, pemuda Makino  yang sudah  menjadi pejuang Indonesia menetap di Yogya dan menikah  dengan  seorang wanita jawa, sebelumnya beliau sudah masuk agama Islam  dan  berganti nama menjadi Umar Muhamad Makino dan beliau menjadi  instruktur militer di  Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang,  banyak sekali murid-murid  beliau di Angkatan Darat yang pada tahun  1990an menjadi puncak pimpinan  Angkatan Darat. (menjadi KASAD dll. pada  saat itu). Dari banyak referensi-referensi yang saya baca Makino san  juga pernah membuka dojo judo di Surabaya. Beliau wafat di Yogyakarta  dan dimakamkan di  Makam Pahlawan Yogyakarta dengan upacara militer  penuh.
Tahun  1970an saat  murid-murid langsung dari Jigoro Kano sudah meninggal hanya  Makino san  saja yang masih tinggal membuat pemerintah Jepang melalui  kedutaannya  saat itu  memohon kepada beliau (walaupun masih  melatih murid-muridnya  di dojo Institut Judo Jakarta Raya , tetapi saat  itu beliausakit gula  dan sudah dalam keadaan lumpuh) untuk bersedia  kembali ke Jepang  berobat dan kembali menjadi warga negara Jepang serta untuk melanjutkan  tradisi Judo di  Jepang. Karena kecintaannya pada bangsa Indonesia  beliau menolak kembali  ke Jepang walaupun saat itu pemerintah Jepang  akan membayar kembali  pensiun beliau dan seluruh fasilitas-fasilitas  yang lain, termasuk  fasilitas pengobatan yang saat itu sangat  dibutuhkan oleh beliau yang  hidupnya sangat sederhana sekali.
Pada   saat tersebut banyak sekali pejudo-pejudo senior Jepang yang datang ke   Jakarta untuk mendapatkan pengesahan tingkat keahlian mereka (untuk   mendapatkan cap semacam stempel kecil sebagai tanda tangan di budaya   Jepang).
Murid-murid   beliau baik di militer, di AMN,  maupun sipil di Institut Judo Jakarta   Raya (IJDR) selalu menjadi judoka-judoka yang disegani dalam setiap   kompetisi dan berpengaruh di Indonesia,  mungkin itu pula sebabnya   muncul upaya untuk menyingkirkan nama beliau dari sejarah perkembangan   awal Judo di Indonesia. Dua orang dari banyak murid beliau yang masih  hidup dan masih berkiprah dan membaktikan diri dalam  dunia Judo adalah:  Rudy Rappar dan istrinya Pergiwati.
Dari referensi yang pernah saya baca Makino san juga pernah menjabat sebagai Direktur Tehnik PJSI dimana saat itu PJSI sudah menjadi anggota resmi INTERNASIONAL JUDO FEDERATION (IJF). Sayang, dalam perkembangan organisasi terjadi konflik antara Teknical Director PJSI S. Makino dengan JD Schilder yang memimpin Jigoro Kano Kwai. Akibatnya cukup fatal, anggota Jigoro Kano Kwai tidak diperbolehkan menjadi anggota PJSI sehingga mereka pun mendirikan organisasi tandingan yang diberi nama PERSATUAN JUDO INDONESIA DJAKARTA (PJID) yang dipelopori oleh mahasiswa dan Kepolisian RI. Sejak itu kegiatan judo di Indonesia ditangani oleh PJSI dan PJID. Keadaan ini berlanjut sampai tahun 1960.
Nama beliau saya kenal dan banyak saya dengar karena dimasa kanak-kanak saya (sekitar tahun 1963-64an) saya sering mengantarkan seorang paman yang juga ikut belajar judo pada dojo beliau dimana saat beristirahat saya sering mendengar dari murid-murid beliau yang sedang bercerita tentang beliau. Paman saya tidak terlalu lama berlatih sehingga saya tidak pernah bermain lagi ke dojo beliau hingga suatu saat beberapa tahun kemudian saya yang saat itu tinggal di jalan Madiun yang tak telalu jauh dari dojo beliau mulai sering bermain disekitar dojo dan saya teringat lagi untuk mampir "nonton" latihan judo dan saat itulah saya pertama kali melihat ibu Pergiwati dan saat itu saya belum melihat pak Rudy Rappar suami beliau (mungkin Ibu Perwiwati angkatannya lebih senior dibandingkan Bapak Rappar), kedua-duanya kemudian menjadi pelatih saya ketika tahun 1980an saya ikut bergabung belajar olah raga judo di dojo beliau. Disinilah saya lebih sering lagi mendengar tentang Seiichi Makino san langsung dari pelatih saya pak Rudy Rappar yang pernah belajar langsung dari beliau.
Dari referensi yang pernah saya baca Makino san juga pernah menjabat sebagai Direktur Tehnik PJSI dimana saat itu PJSI sudah menjadi anggota resmi INTERNASIONAL JUDO FEDERATION (IJF). Sayang, dalam perkembangan organisasi terjadi konflik antara Teknical Director PJSI S. Makino dengan JD Schilder yang memimpin Jigoro Kano Kwai. Akibatnya cukup fatal, anggota Jigoro Kano Kwai tidak diperbolehkan menjadi anggota PJSI sehingga mereka pun mendirikan organisasi tandingan yang diberi nama PERSATUAN JUDO INDONESIA DJAKARTA (PJID) yang dipelopori oleh mahasiswa dan Kepolisian RI. Sejak itu kegiatan judo di Indonesia ditangani oleh PJSI dan PJID. Keadaan ini berlanjut sampai tahun 1960.
Nama beliau saya kenal dan banyak saya dengar karena dimasa kanak-kanak saya (sekitar tahun 1963-64an) saya sering mengantarkan seorang paman yang juga ikut belajar judo pada dojo beliau dimana saat beristirahat saya sering mendengar dari murid-murid beliau yang sedang bercerita tentang beliau. Paman saya tidak terlalu lama berlatih sehingga saya tidak pernah bermain lagi ke dojo beliau hingga suatu saat beberapa tahun kemudian saya yang saat itu tinggal di jalan Madiun yang tak telalu jauh dari dojo beliau mulai sering bermain disekitar dojo dan saya teringat lagi untuk mampir "nonton" latihan judo dan saat itulah saya pertama kali melihat ibu Pergiwati dan saat itu saya belum melihat pak Rudy Rappar suami beliau (mungkin Ibu Perwiwati angkatannya lebih senior dibandingkan Bapak Rappar), kedua-duanya kemudian menjadi pelatih saya ketika tahun 1980an saya ikut bergabung belajar olah raga judo di dojo beliau. Disinilah saya lebih sering lagi mendengar tentang Seiichi Makino san langsung dari pelatih saya pak Rudy Rappar yang pernah belajar langsung dari beliau.
Saya   bersyukur ternyata nama beliau tidak seratus persen hilang. Lucunya   nama beliau ternyata muncul dibeberapa tulisan di Indonesia yang justru   menyangkut pencak silat dan Jujutsu di Indonesia. Hal ini dapat ditemui   pada:
http://www.kpsnusantara.com/rapid/rapid10.htmhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jujutsu
Bagi siapa saja yang mungkin mengenal beliau dan ingin menambah panjang "sejarah" beliau di blog ini, seperti bintang jasa apa yang diterima beliau, nama lengkap Indonesia beliau dll, dengan senang hati akan saya terima dan akan saya sertakan nama / data pribadi.
 
